Film tentang Buku dan Penulis

Oleh Jusuf AN

Modal seorang penulis adalah pengalaman, baik langsung atau pengalaman itu didapat dari sumber lain. Semakin kaya penulis dengan pengalaman, maka wawasannya akan semakin luas dan karya yang dihasilkan kemungkinan besar akan kaya dengan hal-hal baru. Nonton film barangkali menjadi satu hal yang perlu bagi penulis, tentu, untuk film-film bagus. Tak jarang muncul ide baru setelah nonton sebuah film. Film juga bisa menjadi sarana untuk memperkaya referensi yang penting untuk memperkuat dan memperkaya tulisan.

Film apa? Apa saja. Film tentang buku dan penulis bisa jadi menarik minat anda. Paling tidak, selain sebagai hiburan, akan juga dapat memotivasi, tahu lebih banyak proses kreatif dan kehidupan para penulis, bagaimana proses kelahiran sebuah buku, dll. Meski, tak harus mencontoh mereka, sekali lagi tak harus. 

Almost Famous 


Bercerita tentang William Miller, pemuda lima belas tahun yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Ia tertarik dengan dunia jurnalistik dan kemudian mengirimkan tulisan-tulisannya ke majalah dan koran. Sampai suatu ketika tulisannya diterima di majalah Rolling Stone dan ia juga diberi tantangan untuk membuat tulisan baru dan menjadi responden khusus sebuah band yang sedang naik daun, yakni Stillwater.

Wililiam Miller tinggal bersama ibunya yang seorang guru, dan begitu protektif. Kakaknya sudah meninggalkan rumah sejak usia 18 untuk menjadi pramugari. William yang masih ingusan memiliki keberanian besar, meliput band rock n roll. Ia memang cerdas dan masih bujangan.

Film berdusasi 2,5 jam ini tidak begitu melelahkan. Diiringi musik dan drama tentang musik dan sedikit komedi membuat film itu hidup.

"Satu-satunya kebenaran yang tersisa di dunia yang busuk ini adalah apa yang kau bagi di saat kau menjadi orang yang tidak keren." Itu kalimat redaktur sebuah majalah yang membimbing William Miller menjadi seorang wartawan. Selain sebuah nasehat untuk, "jujur dan tanpa ampun!"

Secret Window 



Film ini terinspirasi dari novel Stephen King, judulnya Secret Window, Secret Gerden. Ceritanya lumayan seru, serem; ada pembacokan, perkelahian, perselingkuhan, tapi tidak porno sih. Saya butuh waktu cukup lama dan mengulang beberapa dialog dan adegan untuk bisa memahami film ini lebih dalam, dan saya percaya masing-masing penonton akan punya tafsir yang berbeda terhadap film ini.

Morty adalah seorang penulis novel, yang suatu hari didatangi oleh seorang misterius bernama Shooter. Mengejutkan, Shooter menuduh Morty sudah melakukan plagiasi terhadap karyanya. Dari sinilah mulai muncul konflik yang semakin lama semakin menderas. Morty berusaha membuktikan bahwa karyanya bukan plagiat, dan menganggap bahwa Shooter adalah orang gila dan juga orang suruhan dari Ted, lelaki yang menyelingkuhi istrinya.

Film ini sulit dipahami karena kemudian Morty berubah jadi gila, membunuh istri dan Ted, menguburkannya di taman bawah jendela. Itu persis seperti novel yang ia tulis.

Barangkali film ini ingin menggambarkan tentang jiwa penulis yang kerap terbawa halusinasi atas tokoh-tokoh yang ia ciptakan. Bahwa kemudian dalam film itu muncul clue, "pengakuan dari Shooter bahwa ia adalah tokoh yang diciptakan Morty yang tidak puas dengan akhir cerita yang ia buat. Begitulah, Morty adalah gambaran seorang penulis yang tidak bisa menguasai imajinasi dan dunia nyata, sehingga ia larut dalam imajinasi-imajinasi yang ia ciptakan sendiri. Entahlah.

Collete 



Judul itu diambil dari aktor utama film ini. Collete adalah juga nama seorang penulis Prancis yang mengemuka di awal abad ke duapuluh. Ia telah menulis 30 novel dan beberapa kumpulan cerpen. Film ini mengisahkan tentang perjalanan sang penulis itu.

Collete, gadis desa yang cancik dan lugu, diperistri dan dibawa ke Paris oleh penulis novel, atau ia menyebut dirinya sendiri sebagai pengusaha sastra, Willy namanya. Willy memiliki kantor untuk menulis, tempat mempertemukan para penulis. Ia kerap menyewa orang-orang untuk menulis kisah dengan idenya. Dan kemudian diterbitkan atas namanya. Tapi tak satupun bukunya ada yang best seller, dan ia yang senang judi dan berfoya-foya akhirnya bangkrut.

Beruntung ada Collete, yang kini menjadi istrinya. Collete kemudian diminta untuk menulis, karena sebenarnya ia memang memiliki bakat itu. Bakat alami. Collete yang menyadari kebangkrutan keluarganya kemudian mulai menulis di buku tulis, kisah hidupnya, masa kecilnya, kenangan-kenangannya. Willy membimbing Collete seperti seorang guru.

"Itu murahan."

"Yang murahan akan diburu banyak orang, percalah padaku."

Itulah salah satu dialog yang mungkin bisa menjadi gambaran bahwa novel yang laris, disukai banyak orang adalah novel yang tidak masalah menggunakan bahasa yang klise, karena itulah yang disukai orang-orang.

Collete memberi nama tokoh utamanya Claudia. Buku itu meledak setelah cetak. Tentu, atas nama Willy, suaminya. Collete pada mulanya tak masalah, meski sebenarnya dalam hati kecilnya ia tidak terima, cemburu, ketika Willy terus disanjung. Ia bahkan menulis seri kelanjutan novel itu, dan juga meledak di pasar.

Collete baru merasa benar-benar marah ketika Willy menjual hak cipta novelnya atas nama dirinya. Itu benar-benar mengejutkan, membuatnya pergi, dan pada akhirnya mereka bercerai. Collete yang sedang tour musik dan pertunjukan bersama Missy, perempuan tomboy yang menjadi kekasihnya, kemudian menulis sebuah novel. Ini novel yang pertama kali yang ia tulis dan diterbitkan dengan namanya sendiri.

Nonton film ini kita bisa sedikit mendapat gambaran tentang Paris di akhir abad 19 dan di awal abad 20. sebuah negeri yang sedang giat-giatnya berevolusi, saat-saat ditemukannya bohlam awal kali, ketika berciuman di depan umum masih dianggap tabu, tetapi seks serta perselingkuhan sudah mulai lumrah. Lebih dari itu, menyangkut soal literasi, Prancis menjadi satu negara yang menghargai para penulis.

Penerbit, dalam film ini, dikisahkan sudah membayar uang muka untuk sebuah penulisan novel, dan uang itu bisa digunakan untuk membeli sebuah rumah besar dua lantai di sebuah pedesaan dengan taman dan halaman yang luas. Mungkin kisaran 500 juta rupiah kalau diuangkan di Indonesia saat ini.

The Manto 



Di awal saya katakan, saya mesti menonton film ini lagi. Bukan karena ceritanya lebih bagus ketimbang film-film tentang penulis atau buku, tetapi karena film ini cukup sulit untuk dipahami. Atau mungkin karena saya kurang fokus saat menontonnya. Tapi setidaknya, untuk beberapa adegan anda barangkali akan sepakat, "memang perlu diputar ulang."

Sebagian yang saya pahami dalam film ini adalah kisah tenang Saddad Manto, penulis India. Setting film ini tentu di India, juga di Pakistan, kisaran tahun 1940-an. Dilatari konflik Hindu dan Muslim dan pemisahan India dan Pakistan, kisah Manto bergulir. Ia adalah seorang penulis, penyair, esais, cerpenis, dan penulis skript film. Tetapi kehidupan keluarganya miskin dan sering kehabisan uang, meski Manto selalu terlihat memegang rokok dan botol minuman keras.

Satu cerita yang Manto buat, berjudul Daging Dingin dilaporkan oleh beberapa pembacanya ke polisi, karena dianggap jorok, dan cabul. Manto diadili, dan pada sidang yang ke tiga ia dijatuhi putusan, membayar denda atau jika tidak mampu dipenjara tiga bulan.

Daging Dingin sendiri berkisah tentang seorang penjahat yang membunuh enam orang, dan membawa pergi salah satu di antara mereka; seorang perempuan muda, cantik, hingga membuat sang pembunuh bergairah untuk memerkosanya. Maka begitulah, gadis itu diperkosa, tetapi baru disadari bahwa ternyata gadis itu sudah mati, dagingnya sudah dingin.

Pembelaan Manto dan para saksi ahli tidak menolong Manto dan penerbit yang menerbitkan cerpen itu dari putusan hakim. Tulisan itu dianggap sastra oleh hakim, tetapi juga dianggap telah bertentangan dengan hukum moral dan Undang-undang India.

Nonton film itu kita akan dapat sedikit gambaran tentang bagaimana kehidupan seorang seniman di India pada tahun 1940-an, juga sejarah India dan hukum yang berlaku di sana pada era itu. Bahwa kehidupan penulis idealis itu tegar dan siap miskin, juga mempertahankan karyanya di muka pengadilan. Ini bagus, layak anda tonton.

Ghost Writer 




Judulnya saja sudah cukup menyiratkan tema filmnya. Jelas, ini tentang penulis yang dibayar untuk membuat tulisan yang di atas namakan orang lain. Fenomena ghost writer sudah lama. Biasanya orang-orang besar, para pejabat, orang kaya, berminat membuat otobiografi mereka sendiri. Tapi mereka tak punya bakat menulis. Atau tak mau menghabiskan waktu mereka untuk menulis. Mereka menyewa penulis, itulah solusinya.

Rick Rikardelli, penulis inggris, jomblo, dan baru saja sukses menerbitkan biografi seorang pesulap. Itulah tokoh utamanya. The Ghost Writer yang akhirnya diterima sebagai ghost Adam Lang, seorang perdana menteri.

Rick menggantikan posisi Mike yang meninggal di tengah menjalankan tugasnya sebagai ghost. Kematian Mike inilah yang kemudian membuka satu demi satu kehidupan dan karir politik yang sebelumnya tak terungkap. Mike mati secara tidak wajar. Ada orang yang tidak senang dengan hasil tulisannya, atau cara kerjanya mengumpulkan data. Adam Lang yang tak punya minat dengan politik dan sudah diperalat oleh CIA. Itulah tabir yang pelan-pelan terkuak.

Menonton flm ini bisa jadi kita akan terbayang bagaimana cara kerja seorang ghost writer. Selain juga resiko dan beban yang dihadapi. Apalagi yang ditulis adalah tokoh politik yang kerap sekali berkubang dalam lumpur kotor, maka posisi seorang Ghost akan bertarung bukan saja dengan garapan naskahnya, tetapi dengan hati nuraninya.

Sebagai sebuah hiburan dan menambah wawasan, film berdusari dua jam ini cukup layak anda tonton.

Rhino Season 



Film tentang penyair Iran. Agaknya menarik. Dan memang bagus. Baik dari pengambilan gambar, cerita, maupun penampilan para aktornya. Cerita tentang penyair Iran bernama Sahel Fazal yang dipenjara karena menulis puisi politik. Bukan saja penyairnya, tapi juga istrinya, dianggap terlibat dan bekerjasama dalam penulisan syair politik penggulingan rezim Iran tahun 1970-an.

Pantengi terus layar kalau nonton film ini. Sebab anda tiba-tiba akan dibawa ke masa lalu, lalu sekejap kemudian pindah ke masa sekarang. Tujuannya tidak lain mendramatisir cerita dan juga menjelaskan duduk perkara yang dikisahkan. Adegan bercinta di dalam penjara bawah tanah dengan kepala yang masing-masing ditutup kain terlihat unik, eksotis dan artistik.

Tapi ini film tragis, sad ending, dan bikin merinding pada beberapa adegan. Seperti ketika Sahel keluar setelah 30 tahun dipenjara dan mendapati dua anaknya menjadi menjual diri demi mengumpulkan uang untuk pergi ke eropa. Film ini jarang ngomong, sunyi, dan membuat kita banyak merenung. Dubbing syair yang dibacakan menambah hikmat kita menonton.

Masih ada cukup banyak film tentang buku dan penulis yang belum saya tonton. Atau sudah saya tonton tapi belum saya buat catatannya. Anda mungkin juga sudah menonton film tentang itu. Tolong katakan pada saya, film apa? Sangat mungkin saya akan tergoda menontonnya. Terimakasih sudah membaca.

Posting Komentar

0 Komentar