Catatan tentang Buku Puisi Hikayat Sri


Jusuf AN 

Tahun 2002-2007 saya adalah seorang mahasiswa yang begitu bergairah menjalani masa muda. Tinggal di tempat yang jauh dari rumah, dengan deru-seru masalah-gelisah, membuat saya jatuh dalam pelukan puisi. Atau puisi sendirilah yang baik hati memilih menemani saya. Entahlah. Yang jelas, saya dan puisi kerap berdua saja, bertiga dengan sunyi, dan meski kami tidak selalu bahagia, tapi toh waktu tetap berjalan.

Saya lebih banyak menulis puisi di buku tulis dan tidak selalu berhasil saya pindahkan ke mesin tulis. Beberapa punya nasib baik sehingga dapat segera menyapa pembaca melalui lembar-lembar koran atau majalah. Banyak pula yang sampai saat ini mendekam di buku, atau laptpop, belum terpublish.

Setelah menerbitkan lima novel dan dua kumpulan cerpen beberapa teman kerap bertanya kapan akan menerbitkan kumpulan puisi? Mulanya saya tidak tertarik memikirkannya. Terlebih pada tahun 2009 sebenarnya saya pernah membuat satu antologi puisi yang memenangi sayembara Pusat Perbukuan . Tetapi kemudian saya teringat masa-masa 15 tahun silam, saat-saat saya dan puisi begitu kerap berjalan bersama. Menempatkan mereka dalam sebuah buku, tentu akan membuat mereka lebih nyaman dan bisa jadi akan membuat mereka lebih banyak berjumpa dengan para pembaca.

Menulis puisi bagi saya bukan pekerjaan yang sulit, tetapi juga bukan hal yang mudah. Kerja kepenyairan tidak pula merupakan sesuatu yang membahagiakan—meski kelahiran puisi memberikan kelegaan yang aneh—, terlebih memilah dan memilih puisi dalam sebuah buku. Alangkah sulit.

Tapi akhirnya, saya bisa melewati kesulitan. Hikayat Sri menghimpun 40 puisi yang saya tulis antara tahun 2006 sampai 2018. Sengaja saya menempatkan berurutan sesuai dengan tahun kelahiran mereka. Karenanya, tak mengapa jika buku puisi ini disebut rangkuman catatan perjalanan.

Tema puisi yang terhimpun dalam buku ini beragam. Dan puisi Hikayat Sri dipilih, atau begitu saja terpilih, sebagai judul. Tetapi harus saya akui bahwa saya punya ketakjuban dan ketertarikan pada dongeng. Puisi Hikayat Sri sendiri adalah tafsir saya atas dongeng Dewi Sri yang menyimpan banyak pesan. Dongeng, juga yang sudah beralih jadi puisi, barangkali bisa menjadi semacam cermin dan tanda bagi perjalanan hidup seseorang.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada guru-guru saya; Joni Ariadinata, Raudal Tanjung Banua, An. Ismanto, dan para penyair nusantara yang saya belajar banyak dari karya-karya mereka. Terimakasih pula kepada teman-teman yang telah mengakrabkan saya dengan puisi; Indrian Koto, Mahwi Air Tawar, Komang Ira Puspita, teman-teman Rumah Poetika dan Sanggar Jepit Yogyakarta. Juga kepada teman-teman Komunitas Sastra Bimalukar Wonosobo yang turut memberi gairah bersastra saya di tanah kelahiran. Tidak lupa kepada Miftahul Jannah, istri saya, dan dua anak saya Sang Abyad Muhammad dan Bintang Fayyadh Muhammad, yang tak habis-habis memberi semangat dengan cara mereka. Terkhusus kepada Ibu dan almarhum Ayah tercinta, terimakasih atas doa dan kasih sayangnya yang tulus-tak terputus. 

catatan: 
Antologi Puisi Hikayat Sri karya Jusuf AN mendapatkan penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah sebagai antologi puisi terbaik tahun 2019.

Posting Komentar

0 Komentar