Tapi ada juga penulis yang ketika ditanya, “bagaimana cara menulis yang baik?” kemudian menjawab “menulis sajalah, nanti lama-lama juga baik.” Apakah itu merupakan jawaban yang keliru? Sebab kalau menulis yang baik cukup dengan “menulis sajalah”, lalu bagaimana dengan buku-buku how to itu? Untuk apa ada pelatihan dan workshop kepenulisan?
Benar, untuk menjadi seorang penulis dibutuhkan action, bukan sekadar membaca buku how to dan mengikuti pelatihan kepenulisan. Tetapi untuk menjadi penulis yang menghasilkan karya-karya terbaik, kita butuh teknik. Sebagaimana pemain sepak bola, tentu saja senang mengamati (bukan cuma menonton) pemain internasional, berlatih teknik heading seminggu penuh, dan bergabung dengan sekolah sepak bola. Itu semua agar permainannya bias berkembang. Demikian pula dengan menulis, apapun, termasuk cerpen.
Siapapun bisa menulis cerpen. Tetapi untuk menghasilkan cerpen yang baik, dibutuhkan latihan, juga teknik. Pada kesempatan inilah saya hendak berbagi pengalaman dan jika memungkinkan juga memberikan beberapa saran seputar penciptaan cerpen, khususnya terkait teknik penggalian dan pengembangan ide, alur dan pengaluran, latar, tema dan bahasa.
Tulisan ini pernah saya sampaikan dalam Bengkel Penulisan Cerpen yang diselenggarakan Balai Bahasa Jateng di Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo tahun 2016.
Karena panjangnya tulisan ini, maka saya membaginya menjadi beberapa bagian:
Bagian pertama, Cara Mudah Menemukan Ide Cerita Pendek
Bagian kedua, Teknik Mengembangkan Ide Cerita Pendek
Bagian ketiga, Tips Menciptakan Alur dan Pengaluran Berkesan
Bagian keempat, Membuat latar cerpen yang kuat
Bagian kelima, Tema sebagai Pondasi Cerpen
Bagian keenam, Bahasa yang Menghipnotis Pembaca
Anda boleh saja membaca tulisan tersebut secara acak, tapi jika ditujukan untuk pemahaman yang mendalam, sebaiknya anda membacanya mulai dari bagian pertama, kedua, sampai dengan keenam.
0 Komentar