Jusuf AN
Baca tulisan sebelumnya: Membuat latar cerpen yang kuat
Tema cerpen diibaratkan sebagai sebuah fondasi yang mendasari sebuah cerita secara keseluruhan. Saya kira itu ungkapan yang sulit dipahami. Tetapi ketika kita mengartikan tema sebagai sebuah ide pokok yang dijadikan sebagai sumber cerita barulah kita bisa cukup mengerti. Tanpa sebuah ide atau gagasan pokok, sebuah cerpen bisa jadi tampak seperti rumah yang bangunannya kurang rapi dan bahkan sulit dikenali sebagai sebuah rumah. Fondasi rumah pada umumnya, kita tahu, tidak hanya terdiri dari batu saja, tetapi juga memerlukan semen, air, dan pasir. Demikian pula sebuah cerpen seringkali memuat beberapa tema sekaligus, meski ada salah satunya yang mendominasi. Anggaplah tema utama cerpen kita adalah kerusakan alam, di dalamnya bisa saja memuat tema ketuhanan, moral, sosial, dan eroik sekaligus.
Sebaiknya, ketika kita mulai menulis, tidaklah perlu memusingkan tema mana yang akan lebih ditonjolkan. Alangkah lebih baik jika kerja kita fokuskan pada hal lain, semisal penggarapan alur, latar, konflik, dan penguatan karakter pada tokoh cerita. Jenis-jenis tema tersebut akan muncul dengan sendirinya, dan kita tidak perlu memaksakan jenis tema apa yang harus mendominasi.
Selain menurut pokok pembicaraannya, tema juga bisa diklasifikasikan berdasar ketradisiannya. Di sini kita mengenal tema tradisional dan tema nontradisional. Cerpen dengan tema tradisional banyak kita jumpai pada cerpen-cerpen yang menyuguhkan karakter antagonis dan protagonis, dan biasanya di akhir cerita dimenangkan oleh protagonis. Tidak hanya itu, bisa saja tidak terdapat tokoh antagonis, melainkan hanya protagonis. Tetapi sang tokoh tersebut dihadapkan pada berbagai konflik dan pada akhirnya dapat mengatasi semuanya dengan indah. Meski terkesan biasa, tetapi kalau kita pintar meramu tema ini, maka akan menjadi cerita yang bagus, dan mengandung pesan moral yang kuat. Namun, jika kita tidak hati-hati, ending cerita dapat mudah ditebak dan pembaca tidak mendapatkan surprise sama sekali.
Kebalikannya, tema nontradisional (yang di era sekarang sudah banyak bermunculan) menawarkan sesuatu di luar kewajaran cerita fiksi. Jika biasanya tokoh dengan karakter protagonis mengalami nasib baik di akhir cerita, pengarang justru membuatnya terjungkal. Perjuangan cinta yang berakhir dengan kegagalan, kemalangan seorang guru yang jujur, perjuangan setan yang berhasil menghasut manusia dan kisah-kisah yang berakhir tragis lainnya adalah contoh tema nontradisional. Tentu saja penulis cerpen tidak sedang bermaksud membela yang jahat, tetapi karena kehendak cerita. Pembaca, meski mungkin agak kesal karena tokoh idolanya kalah, tetapi tetap dapat mengambil hikmah dari cerpen beretema nontradisional dari sisi-sisi yang lain.
0 Komentar