Alangkah cepat gerak waktu.
Tiba-tiba kita sudah di sini, dan besok, tak seorang pun tahu akan berada di
tempat mana. Kita terus saja berjalan—atau berlari—, memutuskan memilih melalui
salah satu jalan di antara jalan-jalan lainnya. Mungkin ada penyesalan ketika
ternyata jalan yang kita lalui rusak, penuh kelok, sempit dan becek, hingga
langkah kita terseok-seok; kenapa dulu tak memilih jalan lain saja? Tapi waktu
tak bisa diputar ulang, memaksa siapa saja untuk setia pada nasibnya.
Demikianlah, hidup selalu
menawarkan pilihan. Termasuk saat kita membiarkannya begitu saja lewat, atau
memilih untuk sesekali diam dan mencatat. Puisi-puisi Ulfa Arifah dalam buku
ini tak sekadar catatan perjalanan, tentu saja. Ada renungan, harapan, dan
dialektika penulisnya dengan dinamika kehidupan. Ulfa telah menawarkan “kaca
mata” melalui buku puisi “Beri Aku Kesempatan”. Dengan kaca mata itu, bisa saja
kita melihat hal-hal lain yang sebelumnya luput dari perhatian.
0 Komentar