: Jusuf AN
Kita menentukan tokoh utama,
tambahan atau figuran berdasarkan intensitas kemunculannya, atau berdasarkan besarnya pengaruh
si tokoh terhadap cerita?
Agaknya kita akan
ragu-ragu menjawabnya. Mari kita ingat sebuah film Great Expecstations (1998), yang merupakan tafsir longgar dari sebuah
novel karya Charles Dickens dengan judul yang sama. Jika belum pernah menonton,
saya perlu menukilkan sedikit kisahnya:
Adalah Abel Magwitch,
terpidana yang kabur dari penjara yang muncul di pembuka film tersebut. Ia membekap
Finn (dalam novel disebut Pip) seorang bocah yang tengah melukis di buku kecil
saat berjalan di dermaga. Malamnya Finn datang lagi memenuhi permintaan Abel si
tawanan, dan membawakan apa pesanannya: makanan dan tang untuk melepas rantai
besi yang menjerat dua kakinya. Lalu Finn mengantarkan orang misterius yang
tidak dikenalnya itu ke suatu tempat. Tapi di tengah laut, mereka berpapasan
dengan kapal razia, dan Abel meloncat dari boot, sementara Finn melemparkan
pelampung.
Saya tak menyangka
Abel Maghwitch ini akan muncul lagi di akhir cerita. Sebab beberapa hari setelah
kejadian itu, melalui televisi Finn tak sengaja melihat Abel tertangkap dan dihukum
mati. Tapi memang hanya sekilas dan tidak meyakinkan, tak seorang pun akan
menduga Abel masih hidup dan muncul kembali.
Ya, nama dan wajahnya
tak pernah muncul lagi. Saya kira tokoh utamanya cuma Estella yang cantik dan
dingin, Paman Joe, dan Nenek Minmord yang berkali-kali muncul sepanjang film. Abel
baru muncul kembali di akhir film, setelah Finn sukses menyelenggarakan pameran
lukisan.
Finn tercengang.
Penonton terhenyak saat tahu bahwa Abel-lah yang memborong semua lukisannya.
Itu seperti sebuah cerita
kebetulan yang aneh. Kalau saja Abel tidak menunjukkan buku lukis Finn yang
jatuh saat dibekap, yang dengan itu Abel tahu Finn punya bakat melukis maka
ceritanya jadi tidak kuat dan kebetulan yang dibuat terasa betul mengganggu.
Tapi begitulah. Abel
yang nyaris menghabiskan seumur hidupnya sebagai buron polisi, diam-diam
melalukuan sesuatu untuk Finn, mengumpulkan uang untuk kemudian memborong
lukisan Finn, bocah kecil yang dulu telah berbuat baik kepadanya.
Peran Abel, tokoh yang
tidak saya anggap penting itu, ternyata besar sekali. Dialah yang menjadikan
Finn menyadari bakat melukisnya. Dia pula yang menghubungi penyelenggara
pameran agar mendatangkan Finn ke New York. Dan dialah yang menjadikan Finn
sukses, kaya raya, karena telah memborong lukisannya.
Kemunculan kembali
tokoh atau aktor yang kita anggap bukan tokoh utama memang terkesan mencengangkan.
Barangkali inilah salah satu teknik pengarang dalam menciptakan daya daya kejut
yang memukau. Atau sebenarnya bukan itu yang dimaksud.
Sebab secara lebih
luas dan bebas bisa kita ambil hikmah bahwa orang-orang kecil, mereka yang jarang
muncul ke permukaan, tidak dianggap ada, sebenarnya adalah pengendali banyak peristiwa.
Mereka memang tidak atau jarang tampak, tetapi keberadaan mereka sangat utama
dalam menggerakkan peristiwa. Sementara tak jarang orang-orang yang menganggap
dirinya tokoh, orang penting, penentu kebijakan, hanya sedikit saja mengambil
peran dalam kehidupan. Bukankah begitu, kawan?
0 Komentar